Rabu 14 November 2012
Suku Damal
Suku Damal adalah
salah satu suku di pegunungan Papua. Bahasa Damal adalah media
komunikasi antara sesama orang Damal. Orang Damal pada zaman dahulu
telah memasak makanan dengan menggunakan api.
Api
dibuat dengan “Hagan” yaitu kayu kecil kering yang dibela tengah dan
menggunakan tali rotan yang kering, tali rotan dijepit dengan kaju
kering yang tengahnya dibela itu, lalu ke dua ujung tali rotannya di
tarik terus menerus hingga gesekan antara tali rotan dan kayu mulai
panas, kemudian panas itu mengeluarkan asap sampai tali rotan itu putus
dan menghasilkan api.
SEJARAH[1]
Menurut
legenda orang Damal berasal dari daerah ‘Mepingama’ Lembah Baliem
Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata ‘kurima’ yang artinya tempat
pertama kali nenek moyang orang Damal berkumpul dan "Hitigima’ yang
berarti nenek moyang orang Damal pertama kali mendirikan honai dari
alang-alang.
Honai merupakan rumah adat suku damal secara turun-temuruan sampai kini. Honai yang terbuat dari alang-alang ini berarti bukan semuanya dari alang-alang melainkan atapnya saja yang dari alang-alang, kalau yang lain semuanya dari kayu-kayu tertentu yang bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya.
Dari tempat kurima inilah pendiri berbagai suku tinggal, dari sini mereka meninggalkan kurima satu persatu menju ke arah barat. Orang Mee pertama kali keluar dari daerah ini, diikuti oleh suku ‘Moni’ setelah itu suku Damal dan suku Dani. Orang Damal Memasuki Daerah Ilaga dan Beoga Orang Damal mulai memasuku daerah Ilop yang sekarang disebut Ilaga dan Beoga. Daerah Beoga ini merupakan pusatnya suku Damal, mereka mendiami di sepanjang sungai Beogong dari hilir sampai dengan hulu.
Honai merupakan rumah adat suku damal secara turun-temuruan sampai kini. Honai yang terbuat dari alang-alang ini berarti bukan semuanya dari alang-alang melainkan atapnya saja yang dari alang-alang, kalau yang lain semuanya dari kayu-kayu tertentu yang bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya.
Dari tempat kurima inilah pendiri berbagai suku tinggal, dari sini mereka meninggalkan kurima satu persatu menju ke arah barat. Orang Mee pertama kali keluar dari daerah ini, diikuti oleh suku ‘Moni’ setelah itu suku Damal dan suku Dani. Orang Damal Memasuki Daerah Ilaga dan Beoga Orang Damal mulai memasuku daerah Ilop yang sekarang disebut Ilaga dan Beoga. Daerah Beoga ini merupakan pusatnya suku Damal, mereka mendiami di sepanjang sungai Beogong dari hilir sampai dengan hulu.
Dari
daerah Beoga dan Ilaga inilah orang Damal kemudian menyebar ke Jila,
Alama, Bella, Stinga, Hoeya, Temabagapura ( kampung Waa), Aroanop,
Timika, dan Agimuga. Daerah-daerah ini secara turun-temurun mereka hidup
menetap.
DEMOGRAFI[1]
Penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga adalah orang Damal. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun.
Penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga adalah orang Damal. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun.
Marga Alom menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai Towengki. Marga Murib (mom)menduduki
daerah Towengki dan bagian muarah kali Ilogong menduduki oleh Hagabal,
Dang, dan Dewelek. Mualai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh
marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga
dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal.
Masyarakat
Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah
suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai
pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu
subur, dan menyimpan mutiara kehidupan.
Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka.
Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka.
Orang
Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung
nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan selatan
pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo).
Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.
Mereka
ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu dengan lain hal
mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari suku
Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku
Damal, suku Dani, dan suku Wonno. dI Pos KAn OleH: By:jEnLy LOis AloM.Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar